Sunday, January 6, 2013

Nun Jauh di Angkasa








OLEH TIM FOLGER 
FOTO OLEH ILUSTRASI OLEH STEPHAN MARTINIERE

Di sanalah bintang berada. Cukup gilakah kita untuk mencapainya?


Di tepi lapangan parkir Marshall Space Flight Center di Huntsville, Alabama, berdirilah peninggalan dari periode ketika masa depan kita sebagai spesies penjelajah ruang angkasa seakan-akan tak terelakkan lagi. Sama jelas dan megahnya tatkala roket melesat 
tinggi di atas Tanjung Canaveral.

“Ini bukan model,” ujar fisikawan NASA, Les Johnson saat kami menatap rangkaian pipa, nosel, dan pelindung setinggi 10 meter. “Ini mesin roket nuklir sejati.”

Dahulu kala, NASA meng­usulkan mengirim dua belas astronaut ke Mars dengan dua pesawat antariksa masing-masing bertenaga tiga mesin
seperti ini. Direktur Marshall, Wernher von Braun, mempresentasikan rencana itu pada Agustus 1969.

Hanya dua minggu setelah roket Saturn V-nya mengirimkan para astronaut pertama ke bulan. Dia mengusulkan tanggal 12 November 1981. Mesin nuklir itu telah melewati semua uji lapangan, siap diluncurkan.

Tiga puluh tahun setelah pendaratan Mars yang tidak pernah terjadi itu, pada pagi hari yang lembap di bulan Juni, Johnson termangu menatap mesin 18.000 kilogram di hadapan kami. Dia memimpin tim kecil yang menilai kelayakan “konsep canggih” dalam teknologi ruang angkasa. NERVA, mesin nuklir tua ini, mungkin mampu lolos uji.

“Jika kita ingin mengirim orang ke Mars, mesin ini harus dipertimbangkan lagi,” kata Johnson. “Kita hanya perlu setengah propelan roket konvensional.” Kini NASA merancang roket konvensional untuk menggantikan Saturn V yang pensiun pada 1973, tak lama setelah pendaratan pesawat berawak terakhir di bulan.

Belum ada keputusan mengenai tujuan barunya. Proyek NERVA berakhir pada 1973, tanpa uji terbang. Sejak itu, selama era pesawat ulang-alik, manusia belum pernah menjelajah lebih dari 600 kilometer jauhnya dari Bumi.
Itu menyebabkan pertanyaan yang saya dan Johnson bahas sepanjang pagi: Apakah manusia akan pernah melakukan perjalanan ke bintang, menjadi agak tak masuk akal.

Mengapa hal itu tampaknya lebih masuk akal setengah abad yang lalu? “Tentu saja saat itu kami lebih gila,” ujar fisikawan Freeman Dyson dari Princeton. Pada akhir 1950-an, Dyson menangani Project Orion yang bertujuan membangun pesawat antariksa berawak yang dapat mencapai Mars dan bulan Saturnus.

0 komentar:

Post a Comment